Tentang Syukur

Uncategorized

Jika semua yang kita miliki sudah melampaui kata cukup, akan kah kita bersyukur atau mengharap lebih ?

Sebelum mentari semakin menampakkan cahayanya. Aku terbangun dari tidur lelapku, menyadari bahwa ada kehidupan baru yang harus aku syukuri saat ini. Selepas shalat subuh, ku temukan hati ini sedang bercengkrama dengan sang pencipta hati seluruh umat di muka bumi.

”Tuhan, terimakasih untuk segala kebaikan-Mu dalam memberiku satu hari kehidupan lagi. Tiada kata yang pantas aku panjatkan pada-Mu selain selalu mengucap syukur atas semua nikmat-Mu. Juga maaf, karena aku tidak bisa membendung air mataku setiap berbicara dengan-Mu. Bagaimana aku bisa tidak menangis? Aku hanya seorang manusia kecil dibanding segala kebesaran dan kebaikan-Mu dalam memberiku kehidupan. Engkau pencipta seni kehidupan terbaik. Aku tidak akan pernah bisa berhenti berterimakasih untuk segala keajaiban yang Kau hadirkan dalam hidupku, sekalipun aku tidak pernah memintanya. Aku tidak akan pernah bisa menyesal untuk semua permintaan yang aku panjatkan pada-Mu sedangkan Engkau menunda bahkan membatalkan permintaanku tersebut, karena Engkau telah menyiapkan yang lebih terbaik dari yang pernah ku pinta. Bahkan, bagaimana aku bisa berhenti menangis setiap menghadap-Mu karena begitu kecilnya aku dibanding seluruh keburukan yang aku lakukan. Namun Engkau tetap menerimaku. Menuntunku untuk berjalan tegar di jalan-Mu. Memaafkan segala kesalahanku. Memberikan kebahagiaan disetiap keluh kesahku sebagai manusia yang penuh dosa. Tiada kata yang bisa menjelaskan bahwa aku sangat sangat sangat bersyukur atas semua yang kau anugrahkan kepadaku.”

 

Semua terasa baik-baik saja saat kita tahu siapa pemilik hati ini. Tak ada lagi rasa resah, gundah, yang menyiksa ketika kita pasrahkan seluruh kehidupan kita pada-Nya. Karena Dia-lah Sang Pencipta hati ini, kepada-Nya-lah hati ini kembali.

SPACE BETWEEN US

Uncategorized

Hari ini berkeinginan untuk kembali mengingat beberapa kejadian yang sudah berlalu sangat lama. Menggali beberapa kenangan yang sudah hampir terlupakan. Manusia itu tempatnya lupa, kadang beberapa orang mudah menyampaikan kalimat itu ketika melupakan sesuatu. Begitu juga denganku. Aku ini sangat lemah soal mengingat. Terkadang perlu buku catatan untuk menyimpan beberapa hal penting. Jujur saja, hingga saat ini nomor telepon yang aku ingat diluar kepala hanya nomor telepon genggam ku dan mantan atasan ku. Lucu sekali. Saat mencoba menyimpan sebuah lokasi didalam memori pikiran pun, yang tersimpan bukan alamat lengkap, melainkan patokan-patokan jalan menuju lokasi. Payah sekali bukan?.
Semenjak mengetahui kelemahan mengingat yang sangat payah ini, aku terbiasa untuk menulis kegiatan sehari-hari, melalui sebuah buku, bisa disebut buku “diary”. Lebih tepatnya si pendengar setia, yang menampung begitu banyak kejadian yang aku ceritakan, terlebih juga tentang rasa yang ku rasakan. Hingga hari inipun aku masih suka menulis, menyampaikan perasaan melalui untaian cerita ataupun kalimat-kalimat bermajas. Hal ini seperti sesuatu yang mendarah daging, sehingga sulit untuk di tinggalkan.


Back to the topic.

Beberapa saat lalu, aku mengunjungi salah satu rumah kerabat dekat di Bandung. Baru tiba disana pandanganku tertuju pada tumpukan album foto disebelah sofa. Kuraih beberapa tumpukan teratas dan mulai membuka satu persatu lembaran setiap album. Baru lembaran pertama, ada penampakan seorang gadis bermata bulat, berambut pendek dengan poni depan menutupi jidat lebarnya. Tertawa saat melihat penampakan itu. Tau itu siapa? Hahaha itu aku. Masih mungil, mungkin baru sekitar umur 4 sampai 5 tahun. Semakin dibalik lembaran-lembaran album itu, terdapat banyak potret diriku yang terekam, makin lama dilihat, perasaan ini berubah menjadi haru. Aku diajak kembali mengingat kenangan demi kenangan bersama Kakek (Ayah dari Papa). Ku sebut beliau dengan “Aki”. Beliau sudah 8 tahun pergi meninggalkan aku dan keluarga besar di Bandung. Kalau di ingat lebih tepatnya Aki berpulang ke Rahmatullah pada 12 Maret 2009, sekitar 5 hari lagi adalah peringatan 8 tahun kepergiannya. Kebayang dong gimana rasanya? Mencoba mengingat kembali sebuah kenangan.
Ceritaku dan Aki tidak terlalu banyak. Karena semasa hidup, Aki lebih banyak di Bandung sedangkan aku semenjak lahir hingga umur 18 tahun menghabiskan waktu di Bali. Tapi Aki adalah Kakek yang sangat mencintai seluruh cucu-cucu nya, meskipun jauh-nya jarak terbentang beliau selalu menyempatkan beberapa kali untuk mengunjungiku di Bali. Hal yang paling terekam dari Aki menurut pandanganku adalah fisik beliau. GAGAH !. Namanya juga Pahlawan, pasti Gagah dong! Tapi beliau itu masih bisa menggendong aku disaat badanku sudah bukan anak-anak lagi, yah walaupun hanya beberapa detik, karena saat itu aku khawatir membuat tulang-tulang Aki patah. Hahahaha kalau aki tau pengakuan yang ini, pasti beliau langsung meraihku dalam pelukannya. Masih terekam jelas, suara Aki waktu menyanyikan lagu khas sunda setiap bercanda denganku. Masih inget juga loh, waktu Aki bilang akan terus sehat sampai aku Menikah. Saat ditanya cita-cita sama Aki yang terucap saat itu adalah, ingin menikah didampingi Aki. Padahal tau nggak, saat itu aku baru berumur 9 tahun!!.

Kalau lagi sama Aki, aku nggak pernah mau bermain selain main sama Aki, soalnya Aki seru banget kalau nemenin cucu-cucu nya main, bercerita tentang zaman perang, sambil contohin bunyi tembakan, trus aku bisa sampe nangis waktu Aki cerita kuping nya kena tembak sehingga tidak bisa berfungsi dengan normal, dan harus menggunakan alat pendengar. Trus Aki berhenti cerita dan selalu bilang “jadi perempuan nggak boleh cengeng”. Selain pandai bercerita, Aki juga suka ngajarin sulap, ada aja yang disembunyiin terus tiba-tiba lenyap dan kemudian muncul di salah satu bagian tubuh Aki. Dulu aku melihatnya sambil tercengang, kalau sekarang mungkin aku akan bilang “Ah Aki, itumah uda pernah liat di youtube trick nya”. Ingin sekali bisa mengatakan itu.
Selain jadi Kakek, Aki adalah sahabat pena pertamaku. Saat udah mulai bisa nulis (dengan huruf yang nunggang nungging nggak jelas) aku diminta Aki untuk mulai nulis surat, entah kalimatnya banyak atau sedikit, pasti Papa bantuin kirim ke Kantor Pos. Paling seneng kalau sudah kedatangan Pak Pos ke rumah, pasti itu ada surat balasan dari Aki. He’s the one and only. Trus diganti dengan minggu atau bulan berikutnya aku mengunjungi Kantor Pos. Ritual yang menjadi hobi waktu masih SD, ke Kantor Pos, milih-milih prangko untuk surat yang mau dikirim. Sungguh, aroma lem, bentuk meja di kantor pos itu menjadi begitu jelas di pikiranku sore ini.

Kemudian saat aku yang berkunjung ke Bandung, Aki pasti mengajakku duduk bersama sambil memberikan hasil tulisanku di surat-surat untuk Aki, dan memintaku untuk membacakan kembali untuknya. Sampai waktu Papa melihat aku membaca pelan, Papa langsung berseru “Yang keras kak!! Biar Aki bisa dengar!!” Aku menjawab dengan lirih “Tapi kan nggak sopan Pah, Aki kan lebih tua”. Dijawab sama Aki, “Ayoo yang keras Win, kuping Aki kan udah nggak bisa dengar kalau suaranya nggak dikerasin.”


Sosok yang akhir-akhir ini menjadi bunga tidurku, Beberapa kali sering menatapku dari kejauhan tanpa mengatakan apa-apa, seolah mengawasiku.

Sedih bila merasakan betapa rindu ini tak bisa terbalaskan.

Namun aku sadar, Aki sudah tenang.

Aki akan selalu ada dihatiku, sampai kapanpun.


With Love,

Your Granddaughter

as Long as I could remember

Uncategorized


Saya sangat terinspirasi dari sebuah Film India berjudul Taare Zameen Par (Like Stars on Earth).Tentang seorang anak disleksia, yang selalu dipandang sebelah mata oleh manusia disekitarnya, yang akan menjadi orang hebat.!

Hal terberat dalam sebuah kehidupan adalah ketika kita harus menjadi sesuatu yang tidak kita inginkan.

Namun, perkataan orang diluar sana mempengaruhi keputusan yang ingin kita lalui.

Kenapa?

Ini kehidupan kita. Kita menjalaninya masing-masing.

Setir kehidupan ada di tangan kita.

Haruskah kita mendengarkan apa yang orang lain sarankan?

Harus !

Dengarkan apapun yang mereka sarankan untuk kita.

Jalani !

Jalani apapun yang mereka sarankan untuk kita.

Buktikan !

Buktikan sejauh apa kita bisa menjalani saran yang mereka berikan.

Berhenti !

Berhentilah ketika kita sudah mulai tidak nyaman dengan saran itu.

Jalani segala aspek kehidupan dengan tulus.

Sesuai dengan keinginan hati.

Hati adalah pusat cerminan jiwa seorang manusia.

Hati yang tulus, ikhlas, ceria akan membawa kebahagian bagi si pemilik hati.

Bahkan tidak jarang, kebahagiaan itu menular kepada orang-orang disekitarnya.

Jiwa yang diselaraskan dengan Hati yang tulus, ikhlas dan selalu ceria, akan memberikan energi positif bagi setiap manusia yang memilikinya.

Melewati senyuman.

Senyuman adalah hal yang sangat sepele namun jika dilakukan dengan tulus, senyuman itu akan merubah segalanya.

Bangun pagi dengan tersenyum, adalah bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas nafas yang diberikan tanpa terputus.

Tersenyumlah ketika berpapasan dengan manusia lainnya, walaupun mereka tidak kita kenal.

Setidaknya senyuman kita dapat merubah perasaan sedih yang mereka rasakan, tanpa kita ketahui.

Sudah lama, ingin sekali berbagi kebahagiaan dengan teman-teman.

Ingin menulis blog lagi, namun kesibukan ku akhir-akhir ini menyita waktuku.

Sesekali aku sempatkan menulis diantara foto-foto instagram.

Aku suka menulis, aku suka bercerita dan mendengarkan cerita.

Dulu aku berniat mengambil Jurusan Sastra Inggris saat akan meneruskan pendidikan.

Namun karena keterbatasan dana dan menurut para tetua, Bahasa Inggris bisa dipelajari otodidak.

Aku berniat menjadi penulis, kalau bisa bahkan aku ingin menjadi penerjemah novel berbahasa inggris.

Namun lagi-lagi ada yang mengatakan bahwa hobi bukanlah acuan untuk bisa mendapatkan pekerjaan yang layak.

Aku mengubur cita-citaku sebagai seorang penulis.

Semakin tumbuh dewasa, aku semakin berfikir.

Bagaimana jalan pikiran seorang wanita dewasa.

Jalan pikiranku tidak banyak berubah, yang bertambah hanya kekhawatiran.

Semakin dewasa, aku semakin sering khawatir.

Akan menjadi seperti apakah aku ketika umurku sudah mencapai 30.40.50.60 tahun.

Bukan seperti apa rupaku.

Tapi seperti apakah pemikiranku nanti ketika aku dihadapkan oleh masa-masa yang lebih sulit.

Ketika aku akan memiliki seorang bayi.

Apakah aku akan mengalami gejala “babyblues” yang belakangan ini marak terjadi.

Apakah aku akan memarahi anak-anak ku ketika mereka melakukan hal yang tidak sesuai dengan pandanganku.

Hei !!! Mereka adalah anak-anak !!!!

Apakah aku akan menjadi orangtua yang Jahat dimata anak-anak ku?

Tidak ada orangtua yang jahat.

Hanya saja, pemikiran seorang anak dan orangtua memang tidak akan pernah bisa disejajarkan.

Ketika orangtua kita berumur 50th, kita sedang berada di perkiraan umur 20th.

Perbedaan yang hampir 3 dekade itu mempengaruhi cara pandang kita sebagai anak zaman sekarang, dengan para orangtua yang hidup lebih dahulu, dengan pengalaman yang tentunya mereka juga rasakan sebelum kita melaluinya.

Jangan pernah salahkan orangtua kalian, jika mereka tidak pernah menyetujui apapun yang kita rancang untuk masa depan kita.

Tetapi, jika kita menginginkan masa depan sesuai dengan alur yang kita inginkan.

Tunjuk-kan-lah !!

Bahwa kita mampu menyelesaikan kisah cerita yang kita tuangkan dalam kitab perjalanan hidup kita.
Mengakhirinya dengan bahagia.

Bahagia menurut cara pandang kita.

Bahagia menerima segala resiko atas semua keputusan yang kita pilih.

Bagi ku, kegagalan berkat keputusan yang kita pilih bukanlah sebuah kegagalan.

Melainkan kunci keberhasilan, karena akhirnya kita memiliki banyak pengalaman berkat kegagalan itu.

Janganlah menjadi pecundang.

Hanya karena kita takut mengambil keputusan dari dalam hati kita.

Kita yang paling tahu, apa yang ada di kehidupan kita.

Seperti ketika perut ini sakit, kita yang paling bisa merasakan apakah ini sakit perut karena ingin buang air besar, atau sakit perut karena ingin muntah, atau sakit perut karena perut kembung.

Aku hanya ingin mengatakan, ketika kita sudah semakin dewasa.

Janganlah terlalu menekan kehidupan seseorang.

Kita tidak paham betul apa sebetulnya keinginan dari orang tersebut.

Sekalipun itu adalah orangtua, suami/isteri, sahabat, anak-anak kita.

Kita cukup memahami mereka, dengan menghormati segala keputusan yang mereka buat.

Memberi dukungan untuk segala aspek yang mereka pilih.

Memberi semangat ketika mereka terjatuh, dan upayakan agar mereka bangkit lagi.

Banyak kehidupan orang-orang disekitar saya memberikan banyak pelajaran.

Sekalipun saya belum pernah menjalaninya.

Namun saya menghormati segala cerita yang mereka percayakan kepada saya.

Terimakasih atas pengalaman-pengalaman berharga yang kalian berikan.

Pengalaman adalah guru terbaik di seluruh penjuru dunia.

Banggalah menjadi dirimu sendiri.

Setiap insan manusia memiliki ciri khasnya sendiri.

#ProudToBeYourself

#EveryChildIsSpecial